Pages

Senin, Agustus 03, 2009

Syair Qasidah Burdah Imam al-Bushiri

Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.

Nabi yang kerana lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal perutnya yang halus itu.

Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.

Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya.
Kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya.

Bagaimana mungkin Nabi butuh pada dunia.
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.

Muhammadlah pemimpin dunia akhirat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan bukan Arab.

Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.

Dialah kekasih Allah yang syafaatnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.

Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.

Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.

Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.

Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.

Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.

Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.

Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.

Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mahu.

Kerana keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.

Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Nescaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.

Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.

Seluruh makhluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.

Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.

Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat sang Nabi.
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi.

Puncak pengetahuan tentangnya ialah bahawa ia manusia.
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah.

Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya.
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka.

Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya.
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita.

Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti.
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri.

Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama.
Kedermawanannya bak lautan, keghairahannya bak sang waktu.

la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan.
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan.

Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya.
Dari kedua sumber, iaitu ucapan dan senyumannya.

Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya.
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya.

7 komentar:

helang timur mengatakan...

salam ziarah..
ni ke maksud nasyid burdah tuh ye..
subhanallah..:)

Assiddiq mengatakan...

Ha.. ni ke? nak tanya.. yg arab punya ada? lagi satu asal usul qasidah2 ni ade x?

Muhammad Abdulloh Suradi mengatakan...

Yang arab punya tiada. Asal usul qasidah ni ada sebenarnya. Qasidah ni lebih kurang sama dengan syair & nasyid. Kan qasidah ni dah ada zaman arab dulu. Asalnya daripada orang arab juga.

Di atas ni, salah satu qasidah berbentuk syair dicipta oleh Imam al-Bushiri. Nanti saya masukkan biografi Imam al-Bushiri di sini.

Assiddiq mengatakan...

Oh.. ok.. ana tunggu

alfakir mengatakan...

ijin ambil artikelnya ya habibi. .

Unknown mengatakan...

Mantaaaappppp,,,,
Semoga kita tdk lupa dan selalu bersholawat buat junjungan kita YANG AGUNG ROSULULLOH MUHAMMAD SAW.

Unknown mengatakan...

Mantaaaappppp,,,,
Semoga kita tdk lupa dan selalu bersholawat buat junjungan kita YANG AGUNG ROSULULLOH MUHAMMAD SAW.