Pages

Jumat, Juni 26, 2009

Kerana Ilmu Mereka Rela Membujang

"Saya berpendapat, bagi seorang penuntut ilmu pemula hendaknya ia menahan untuk tidak menikah sebisa mungkin. Sesungguhnya Imam Ahmad bin Hanbal tidak menikah hingga berumur 40 tahun. Semua itu dilakukan demi ilmu."
(Ibnu Jauzi)

"Dianjurkan bagi seorang penuntut ilmu untuk membujang sebisa mungkin, agar dalam mencari ilmu ia tidak disibukkan dengan hak-hak keluarga yang harus ia penuhi dan disibukkan dengan mencari penghidupan."
(Khatib al-Baghdadi)

Memilih hidup membujang kerana ingin berkonsentrasi menggeluti ilmu merupakan sebuah pilihan hidup yang luar biasa. Desah-desah syahwat yang pada sebahagian orang justeru men­jadi raja yang menguasai hati, berhasil terpinggirkan kerana dominasi cinta terhadap ilmu yang begitu menggumpal dalam relung-relung hati. Itulah sebuah catatan indah yang pernah tergoreskan dalam sejarah hidup sebahagian para ulama sebagai pewaris para nabi. Imam Nawawi, Ibnu Taimiyah dan Imam At-Tabari termasuk sebahagian ulama yang ‘berijtihad’ terhadap diri mereka sendiri untuk tidak menikah kerana ilmu. Dan sekali lagi, ini merupakan sebuah pilihan hidup yang luar biasa!

Pilihan mereka untuk hidup membujang daripada menikah, dengan keilmuan, kesolehan, kejantanan dan kenormalan mereka, tak lain kerana mereka lebih mendahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri. Agar mereka dapat mencurahkan segenap kemampuan mereka guna berkhidmat untuk din dan ilmu. Agar mereka dapat mengerahkan segenap usahanya untuk menjabarkan syariat yang mulia ini, menyusunnya serta menyajikannya kepada banyak orang. Tak diragukan lagi bahawa sikap itsar (mendahulukan orang lain daripada diri sendiri) ini disyariatkan dalam Islam dan terpuji bagi pelakunya. Betapa banyak mereka memiliki anugerah dan keutamaan di pundak para ulama dan manusia.

Yusuf al-Qawwas menuturkan, "Aku mendengar Abu Bakar An-Naisaburi berkata, 'Tahukah kamu orang yang bermukim selama 40 tahun, tak pernah tidur di malam hari, makan sehari hanya dengan 5 biji kurma dan solat subuh dengan wuduk solat Isyak?' Ia melanjutkan, 'Itulah aku. Itu sebelum aku mengenal Ummu Abdurrahman...' "

"Ilmu mula menghilang di paha-paha wanita."

(Bisyr Al-Hafi)

"Barangsiapa yang terbiasa dengan paha-paha wanita, ia tak akan mendapatkan apa-apa."
(Ibrahim bin Adam)

Bila menikah dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan, maka Allah telah memuliakan mereka dengan pakaian ketaqwaan, kesolehan dan kezuhudan. Allah memberikan perhiasan kepada meeka dengan perhiasan ilmu dan amal. Kebaikan mereka tersebut telah mengarahkan kepada semua itu, berkat kurnia dan rahmatNya.

Bila bersanding dengan isteri dapat memberikan kenyamanan pada diri sang suami, maka mereka memandang bahawa berdampingan dengan kitab dan ilmu dapat memberikan kenyamanan seperti itu pula atau bahkan lebih dari itu. Sehingga sebahagian dari mereka ada yang mengungkapkan:

Sebuah kitab yang kutelaah yang dapat memberikan kenyamanan
Itu lebih aku sukai daripada keberadaan seorang isteri

Aku mempelajarinya sehingga memperlihatkan kepadaku
Orang-orang yang hidup berabad-abad dan yang paling agung adalah yang mengajarkannya

Dipetik dari:
Karena Ilmu Mereka Rela Membujang karya Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah

2 komentar:

hamba mengatakan...

salam... mana boleh dapat buku Sheikh Abdul Fattah Abu Ghuddah ni @ yg lain?? kalo boleh yg di terjemah kebahasa Melayu/Indonesia la..

Muhammad Abdulloh Suradi mengatakan...

Waalaikumussalam, anda boleh dapatkan buku ini di Fajar Ilmu Baru, Jalan Masjid India, KL dlm bahasa indonesia. Lebih lanjut layari, http://taman-buku.blogspot.com/2009/04/karena-ilmu-mereka-rela-membujang.html