Pada Aisyah, Ia Dapati Rehat Penuh Cinta
Orang yang lebih tampan dari dirimu, belum pernah mata ini melihatnya
Orang yang lebih sempurna darimu, belum pernah dilahirkan wanita
Engkau diciptakan bersih dari semua cacat dan noda
Seolah kau dicipta, seperti yang kau suka
(Aisyah radiyallahu 'anha)
Inilah syair yang digubah Aisyah untuk suami tercinta, Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam. Aisyah, selalu menghadirkan keceriaan di tengah tugas-tugas berat Rasulullah memikul amanah risalah akhir zaman.
"Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam biasa meletakkan kepala di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Quran." (Riwayat Abdurrazaq)
"Dari Aisyah, sesungguhnya suatu kali Rasulullah memegang erat tangannya sambil berkata, "Seandainya kaummu mahu mengerti...Dahulu Kaabah roboh oleh banjir. Kalau saja bukan kerana mereka baru saja lepas dari kemusyrikan, nescaya aku bangun Kaabah di atas dasar-dasar yabg dibangun Ibrahim dan Ismail. Kupasangkan batu itu (hijr Ismail) padanya kerana memang bahagian darinya. Aku telah meletakkan di tempat tersebut dua pintu yang aku letakkan dekat tanah. Tetapi kaumu mengangkat pintunya agar tak ada yang bisa masuk kecuali yang mereka kehendaki... (Riwayat Ibnu Asakir)
Pada Nailah, Kita Belajar Ketulusan
Tamadhar, isteri mulia, Abdurrahman ibn 'Auf berkata kepada Usman ibn Affan Radiyallahu 'anhu, "Bersediakah engkau menikah dengan puteri pamanku, seorang gadis yang cantik, tubuhnya padat, pipinya lembut dan fikirannya cerdik?"
"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"
"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"
Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"
Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."
"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"
Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."
Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.
Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."
Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.
Jangan difikir hanya lelakinya yang selalu lebih tua. Zaid ibn Haritsah, semula adalah putera angkat Rasulullah, menikah dengan Ummu Aiman yang merupakan pengasuh Rasulullah saat beliau bayai. Nah? Apa motivasinya hingga Zaid begitu bangga menikahi Ummu Aiman? Tentu kalimat Rasulullah yang berbunyi, "Barangsiapa ingin menikahi wanita ahli syurga, maka nikahilah Ummu Aiman!"
Jus Mangga Tilmisani: Kenangan, Kesetiaan
Pada suatu Ramadhan, Ustaz Umar At-Tilmisani diundang untuk menghadiri pertemuan di Iskandariah. Para pengundang menyiapkan hidangan berbuka puasa untuk beliau, Di antara hidangan tersebut terdapat jus mangga. Salah seorang ikhwan menyuguhkan segelas jus mangga kepada beliau. Beliau meminta maaf sambil mengatakan bahawa beliau tidak dapat menerima dan meminumnya.
Sebahagian hadirin memperhatikan adanya perubahan pada air muka beliau. Mereka pun bertanya, "Apakah ustaz alergi pada jus mangga. Ataukaj jus mangga bisa menganggu kesihatan ustaz?"
"Tidak..". jawab beliau.
Setelah berbuka, hadirin begitu penasaran mengapa beliau tidak mahu memnum jus mangganya. Mereka terus mendesak beliau untuk menjelaskannya.
"Apabila saya terlambat pulang kerja", kata beliau, "Al-Marhumah isteri saya selalu menunggu dengan sabar sembari menyiapkan dua gelas jus mangga. Kemudian kami berdua meminumnya bersama-sama. Sekarang, isteri saya sudah wafat. Saya tetap merasa berat untuk meminum jus mangga sendirian. Sya tak bisa meminumnya tanpa dia."
"Saya", lanjut beliau, "Selalu memohon kepada Allah agar Ia mempertemukan kami berdua di syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga. Lalu, kami dapat bersama-sama menikmati minuman syurga.."
Subhanallah!
Petikan:
Agar Bidadari Cemburu Padamu karya Salim A. Fillah
Jumat, Desember 25, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
mohon share ya.. jazakillh
Posting Komentar